bertujuanuntuk mengetahui makna dan nilai yang terdapat dalam puisi karya Sapardi Djoko Damono dengan menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure petanda dan penanda sebagai titik acuan. Data yang Kumpulan sajak karya Sapardi Djoko Damono berisi berbagai puisi-puisi diantaranya yaitu, Sajak Desember (1961), Pertemuan (1968), Pada SAPARDIDJOKd DAMONO - National University of Singapore gaya bahasa kumpulan puisi hujan bulan juni karya sapardi djoko damono dan implikasinya. Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono. likes. Book. Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono (Offline) Penikmat karya sastra Indonesia pastinya sudah tidak asing dengan nama Sapardi Djoko. kumpulanpuisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini sudah mampu digunakan sebagai sumber belajar pada pembelajaran menulis puisi dan gaya bahasa di sekolah SMP. 2. Gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono memiliki implementasi terdahap pembelajaran menulis puisi siswa. Datauntuk penelitian berupa diksi dalam kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Data dianalisis secara struktur dan diksi. Hasil analisis tersebut kemudian diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra. 3.1 Struktur Puisi Karya Sapardi Djoko Damono 3.1.1 Pada Suatu Hari Nanti pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi Pesan Perahu Kertas,, dan Di Tangan Anak-anak" karya Sapardi Djoko Damono. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah tanda-tanda semiotik yang terdapat pada kumpulan puisi Perahu Kertas arya Sapardi Djoko Damono. Data dalam penelitian ini Melaluikarya-karyanya, Sapardi Djoko Damono juga banyak mendapat penghargaan-penghargaan besar baik dari dalam maupun luar negeri. Dan salah satu karyanya berupa puisi-puisi luar biasa, bahkan kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono ini tidak mati di lekang oleh waktu. Ada banyak sekali karya-karya besar yang dimiliki beliau. . Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono [dikutip dari SAJAK KECIL TENTANG CINTA mencintai angin harus menjadi siut mencintai air harus menjadi ricik mencintai gunung harus menjadi terjal mencintai api harus menjadi jilat mencintai cakrawala harus menebas jarak mencintaiMu harus menjadi aku PADA SUATU HARI NANTI pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huruf sajak ini kau takkan letih-letihnya kucari NOKTURNO KUBIARKAN CAHAYA BINTANG MEMILIKIMU KUBIARKAN ANGIN YANG PUCAT DAN TAK HABIS-HABISNYA GELISAH TIBA-TIBA MENJELMA ISYARAT, MEREBUTMU ENTAH KAPAN KAU BISA KUTANGKAP… KETIKA JARI-JARI BUNGA TERLUKA Ketika Jari-jari bunga terluka mendadak terasa betapa sengit, cinta kita cahaya bagai kabut, kabut cahaya di langit menyisih awan hari ini di bumi meriap sepi yang purba ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata suatu pagi, di sayap kupu-kupu disayap warna, suara burung di ranting-ranting cuaca bulu-bulu cahaya betapa parah cinta kita mabuk berjalan diantara jerit bunga-bunga rekah… Ketika Jari-jari bunga terbuka mendadak terasa betapa sengit, cinta kita cahaya bagai kabut, kabut cahaya di langit menyisih awan hari ini di bumi meriap sepi yang purba ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata HUTAN KELABU kau pun kekasihku langit di mana berakhir setiap pandangan bermula kepedihan rindu itu temaram kepadaku semata memutih dari seribu warna hujan senandung dalam hutan lalu kelabu menabuh nyanyian HUJAN BULAN JUNI tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu HATIKU SELEMBAR DAUN hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput; nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini; ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput; sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi. Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982. GADIS KECIL Ada gadis kecil diseberangkan gerimis di tangan kanannya bergoyang payung tangan kirinya mengibaskan tangis di pinggir padang,ada pohon dan seekor burung… DALAM DIRIKU dalam diriku mengalir sungai panjang darah namanya… dalam diriku menggenang telaga darah sukma namanya… dalam diriku meriak gelombang sukma hidup namanya… dan karena hidup itu indah aku menangis sepuas-puasnya… DALAM BIS langit di kaca jendela bergoyang terarah ke mana wajah di kaca jendela yang dahulu juga mengecil dalam pesona sebermula adalah kata baru perjalanan dari kota ke kota demikian cepat kita pun terperanjat waktu henti ia tiada… BUAT NING pasti datangkah semua yang ditunggu detik-detik berjajar pada mistar yang panjang barangkali tanpa salam terlebih dahulu januari mengeras di tembok itu juga lalu desember… musim pun masak sebelum menyala cakrawala tiba-tiba kita bergegas pada jemputan itu AKU INGIN Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada Menghimpun kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono paling menyentuh. Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, sastrawan kebanggaan Indonesia yang dikenal dengan tulisan-tulisannya yang sederhana namun mengandung makna yang sama sekali tidak sederhana. Orang-orang sudah mengenalnya sebagai sastrawan sebelum dirinya masuk kuliah. Salah satu sajaknya yang ia buat waktu 17 tahun sudah dijadikan sebagai sajak wajib pada pertemuan Kesenian Nasional Indonesia sampai tiga kali. Usianya kini 79 tahun, lahir 20 Maret 1940. Meski usianya telah memasuki masa-masa pensiun, ia masih tetap aktif menulis dan mengajar di program pascasarjana Institut Kesenian Jakarta. Baca juga Kumpulan Contoh Puisi mBeling dari Seniman dan Penyair Ternama Kumpulan Puisi dari Sang Maestro Pemilihan kata yang sederhana, namun memiliki makna yang mendalam. Butuh berapa kali pengulangan untuk bisa memahami kata-kata sang maestro walaupun sebenarnya ia bilang bahwa puisi bukan untuk dipahami, tapi dihayati. Dalam puisinya, ia seringkali menggunakan nuansa alam untuk menghidupkan kata demi kata. Hujan, alam, daun, bunga, pagi, dan malam tak lepas dari perhatiannya sebagai inspirasi. Ia katakan “Perkara alam, zaman dulu memang tidak ada apa-apa kan? Saya kenal alam di situ, karena tempat tinggal saya di desa dan keluar masuk kampung bersama seorang teman yang akrab pada masa dulu. Jadi saya betul-betul memerhatikan alam.” Puisi-puisinya juga telah banyak dijadikan objek musikalisasi puisi yang sebagian oleh mantan-mantan mahasiswanya di UI seperti Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiamo, dan Ari Malibu sehingga menjadikannya semakin populer di kalangan anak muda. Jika kamu tertarik atau menggemari dunia sastra, maka kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono ini tak semestinya dilewatkan. Selamat terenyuh! Baca juga Kumpulan Puisi Pendek dari Para Penyair Terkenal yang Menginspirasi 1. Aku Ingin2. Hatiku Selembar Daun3. Hujan Bulan Juni4. Yang Fana Adalah Waktu5. Pada Suatu Hari Nanti6. Kuhentikan Hujan7. Hanya8. Menjenguk Wajah di Kolam9. Sajak Kecil Tentang Cinta10. Sajak Tafsir11. Kita Saksikan12. Akulah Si Telaga13. Hujan Dalam Komposisi, 114. Hujan Dalam Komposisi, 215. Hujan Dalam Komposisi, 316. Metamorfosis17. Sajak Putih18. Dalam Diriku19. Ayat-Ayat Tokyo20. Kenangan21. Ruang Tunggu22. Sementara Kita Saling Berbisik23. Tentang Matahari24. Ia Tak Pernah25. Pertanyaan Kerikil yang Goblok26. Gerimis Jatuh27. Di Restoran28. Dalam Doaku29. Kepada Istriku30. Atas Kemerdekaan 1. Aku Ingin Aku Ingin Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada 1989 2. Hatiku Selembar Daun Hatiku Selembar Daun Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput; Nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini; ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput; Sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi. 3. Hujan Bulan Juni Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu 4. Yang Fana Adalah Waktu Yang Fana Adalah Waktu Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa “Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu. Kita abadi. 1978 5. Pada Suatu Hari Nanti Pada Suatu Hari Nanti Pada suatu hari nanti, Jasadku tak akan ada lagi, Tapi dalam bait-bait sajak ini, Kau tak akan kurelakan sendiri. Pada suatu hari nanti, Suaraku tak terdengar lagi, Tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati, Pada suatu hari nanti, Impianku pun tak dikenal lagi, Namun di sela-sela huruf sajak ini, Kau tak akan letih-letihnya kucari. 6. Kuhentikan Hujan Kuhentikan Hujan Kuhentikan hujan Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan Ada yang berdenyut dalam diriku Menembus tanah basah Dendam yang dihamilkan hujan Dan cahaya matahari Tak bisa kutolak Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga 7. Hanya Hanya Hanya suara burung yang kau dengar dan tak pernah kaulihat burung itu tapi tahu burung itu ada di sana Hanya desir angin yang kaurasa dan tak pernah kaulihat angin itu tapi percaya angin itu di sekitarmu Hanya doaku yang bergetar malam ini dan tak pernah kaulihat siapa aku tapi yakin aku ada dalam dirimu 8. Menjenguk Wajah di Kolam Menjenguk Wajah di Kolam Jangan kau ulang lagi menjenguk wajah yang merasa sia-sia, yang putih yang pasi itu. Jangan sekali- kali membayangkan Wajahmu sebagai rembulan. Ingat, jangan sekali- kali. Jangan. Baik, Tuan. 9. Sajak Kecil Tentang Cinta Sajak Kecil Tentang Cinta Mencintai angin harus menjadi siut Mencintai air harus menjadi ricik Mencintai gunung harus menjadi terjal Mencintai api harus menjadi jilat Mencintai cakrawala harus menebas jarak Mencintai-Mu harus menjelma aku 10. Sajak Tafsir Sajak Tafsir Kau bilang aku burung? Jangan sekali-kali berkhianat kepada sungai, ladang, dan batu. Aku selembar daun terakhir yang mencoba bertahan di ranting yang membenci angin. Aku tidak suka membayangkan keindahan kelebat diriku yang memimpikan tanah, tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku ke dalam bahasa abu. Tolong tafsirkan aku sebagai daun terakhir agar suara angin yang meninabobokan ranting itu padam. Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat untuk bisa lebih lama bersamamu. Tolong ciptakan makna bagiku, apa saja — aku selembar daun terakhir yang ingin menyaksikanmu bahagia ketika sore tiba. 11. Kita Saksikan Kita Saksikan kita saksikan burung-burung lintas di udara kita saksikan awan-awan kecil di langit utara waktu itu cuaca pun senyap seketika sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya di antara hari buruk dan dunia maya kita pun kembali mengenalnya kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia 1967 12. Akulah Si Telaga Akulah Si Telaga akulah si telaga berlayarlah di atasnya; berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma; berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya; sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja — perahumu biar aku yang menjaganya. 1982 13. Hujan Dalam Komposisi, 1 Hujan Dalam Komposisi, 1 Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari daun-daun bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela? Apakah yang kautangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan? Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang. “Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu tidur.” Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya. 1969 14. Hujan Dalam Komposisi, 2 Hujan Dalam Komposisi, 2 Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi. Apa yang kita harapkan? Hujan juga terjatuh di jalan yang panjang, menusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan. Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan, Selamat tidur. 1969 15. Hujan Dalam Komposisi, 3 Hujan Dalam Komposisi, 3 dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya terpisah dari hujan 1969 16. Metamorfosis Metamorfosis Ada yang sedang menanggalkan kata-kata yang satu demi satu mendudukkanmu di depan cermin dan membuatmu bertanya tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu menimbang-nimbang hari lahirmu mereka-reka sebab-sebab kematianmu ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu. 17. Sajak Putih Sajak Putih Beribu saat dalam kenangan Surut perlahan Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh Sewaktu detik pun jatuh Kita dengar bumi yang tua dalam setia Kasih tanpa suara Sewaktu bayang-bayang kita memanjang Mengabur batas ruang Kita pun bisu tersekat dalam pesona Sewaktu ia pun memanggil-manggil Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil Di luar cuaca 18. Dalam Diriku Dalam Diriku Dalam diriku mengalir sungai panjang Darah namanya; Dalam diriku menggenang telaga darah Sukma namanya; Dalam diriku meriak gelombang sukma Hidup namanya! Dan karena hidup itu indah Aku menangis sepuas-puasnya. 19. Ayat-Ayat Tokyo Ayat-Ayat Tokyo /1/ angin memahatkan tiga panah kata di kelopak sakura– ada yang diam-diam membacanya /2/ ada kuntum melayang jatuh air tergelincir dari payung itu; “kita bergegas,” katanya /3/ kita pandang daun bermunculan kita pandang bunga berguguran kita diam berpandangan /4/ kemarin tak berpangkal, besok tak berujung– tak tahu mesti ke mana angin menyambut bunga gugur itu /5/ lengking sakura– tapi angin tuli dan langit buta /6/ menjelma burung gereja menghirup langit dalam-dalam– angin musim semi 20. Kenangan Kenangan /1/ Ia meletakkan kenangannya dengan sangat hati-hati di laci meja dan menguncinya memasukkan anak kunci ke saku celana sebelum berangkat ke sebuah kota yang sudah sangat lama hapus dari peta yang pernah digambarnya pada suatu musim layang-layang /2 / Tak didengarnya lagi suara air mulai mendidih di laci yang rapat terkunci. /3 / Ia telah meletakkan hidupnya di antara tanda petik 21. Ruang Tunggu Ruang Tunggu ada yang terasa sakit di pusat perutnya ia pun pergi ke dokter belum ada seorang pun di ruang tunggu beberapa bangku panjang yang kosong tak juga mengundangnya duduk ia pun mondar-mandir saja menunggu dokter memanggilnya namun mendadak seperti didengarnya suara yang sangat lirih dari kamar periksa ada yang sedang menyanyikan beberapa ayat kitab suci yang sudah sangat dikenalnya tapi ia seperti takut mengikutinya seperti sudah lupa yang mana mungkin karena ia masih ingin sembuh dari sakitnya 22. Sementara Kita Saling Berbisik Sementara Kita Saling Berbisik sementara kita saling berbisik untuk lebih lama tinggal pada debu, cinta yang tinggal berupa bunga kertas dan lintasan angka-angka ketika kita saling berbisik di luar semakin sengit malam hari memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi. 1966 23. Tentang Matahari Tentang Matahari Matahari yang ada di atas kepalamu itu Adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu waktu kau kecil, adalah bola lampu yang ada di atas meja ketika kau menjawab surat-surat yang teratur kauterima dari sebuah Alamat, adalah jam weker yang berdering saat kau bersetubuh, adalah gambar bulan yang dituding anak kecil itu sambil berkata “Ini matahari! Ini matahari!” – Matahari itu? Ia memang di atas sana supaya selamanya kau menghela bayang-bayangmu itu. 1971 24. Ia Tak Pernah Ia Tak Pernah ia tak pernah berjanji kepada pohon untuk menerjemahkan burung menjadi api ia tak pernah berjanji kepada burung untuk menyihir api menjadi pohon ia tak pernah berjanji kepada api untuk mengembalikan pohon kepada burung 25. Pertanyaan Kerikil yang Goblok Pertanyaan Kerikil yang Goblok “Kenapa aku berada di sini?” tanya kerikil yang goblok itu. Ia baru saja dilontarkan dari ketapel seorang anak lelaki, merontokkan beberapa lembar daun mangga, menyerempet ujung ekor balam yang terperanjat, dan sejenak membuat lengkungan yang indah di udara, lalu jatuh di jalan raya tepat ketika ada truk lewat di sana. Kini ia terjepit di sela-sela kembang ban dan malah bertanya kenapa; ada saatnya nanti,entah kapan dan di mana, ia dicungkil oleh si kenek sambil berkata, “Mengganggu saja!” 26. Gerimis Jatuh Gerimis Jatuh Gerimis jatuh kaudengar suara di pintu Bayang-bayang angin berdiri di depanmu Tak usah kauucapkan apa-apa; seribu kata Menjelma malam, tak ada yang di sana Tak usah; kata membeku, Detik meruncing di ujung Sepi itu Menggelincir jatuh Waktu kaututup pintu. Belum teduh dukamu. 27. Di Restoran Di Restoran Kita berdua saja Duduk Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput Kau entah memesan apa Aku memesan batu Di tengah sungai terjal yang deras Kau entah memesan apa Tapi kita berdua saja Duduk Aku memesan rasa sakit yang tak putus Dan nyaring lengkingnya, Memesan rasa lapar yang asing itu 28. Dalam Doaku Dalam Doaku Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang diatas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku Aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu 29. Kepada Istriku Kepada Istriku Pandanglah yang masih sempat ada pandanglah aku sebelum susut dari Suasana sebelum pohon-pohon di luar tinggal suara terpantul di dinding-dinding gua Pandang dengan cinta. Meski segala pun sepi tandanya waktu kau bertanya-tanya, bertahan setia langit mengekalkan warna birunya bumi menggenggam seberkas bunga, padamu semata 1967 30. Atas Kemerdekaan Atas Kemerdekaan Kita berkata jadilah dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut di atasnya langit dan badai tak henti-henti di tepinya cakrawala terjerat juga akhirnya kita, kemudian adalah sibuk mengusut rahasia angka-angka sebelum Hari yang ketujuh tiba sebelum kita ciptakan pula Firdaus dari segenap mimpi kita sementara seekor ular melilit pohon itu inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah *** Baca juga Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Menginspirasi Karya-karya Pak Sapardi memang tak lekang oleh waktu. Meski usia sudah kian senja, puisi-puisinya tetap digandrungi anak-anak muda. Sebagian memang berkat musikalisasi puisi oleh mantan-mantan mahasiswanya. Itulah kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang kita rangkum dari beberapa sumber. Karyanya yang bejibun tak mungkin ditimbun dalam satu halaman situs. Ini cuma sekelumit, maka lanjutkan dengan membaca buku-bukunya … Semoga menginspirasi! ArticlePDF AvailableAbstractPuisi merupakan sebuah karya sastra yang mempunyai gaya bahasa menarik. Penggunaan bahasa dalam puisi sangat penting karena pemilihan gaya bahasa sangat diperhatikan oleh pembaca. Gaya bahasa yang terdapat pada kumpulan puisi Perahu Kertas sangat beraneka ragam. Penulis mengacu pada referensi buku Gorys Keraf mengenai diksi dan gaya bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yang artinya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka setelah itu dilakukan analisis. Dari buku kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono berhasil ditemukan gaya bahasa retoris diantaranya aliterasi ditunjukkan dengan keempat kutipan, lalu asonansi empat kutipan, anastrof dengan dua kutipan, asyndeton juga memiliki dua kutipan, polisendeton satu kutipan, ellipsis ada dua kutipan, histeron proteron satu kutipan, pleonasme satu, dan hiperbola memiliki dua kutipan. Dalam buku puisi ini juga ditemukan gaya bahasa kiasan yaitu persamaan atau simile ditunjukkan dengan sebuah kutipan, lalu metafora ada satu kutipan, dan personofikasi ditemukan tiga kutipan. Dari seluruh penemuan ini dapat disimpulkan bahwa buku puisi ini didominasi oleh gaya bahasa retoris, karena terdapat sembilan jenis, sedangkan gaya bahasa kiasan hanya ditunjukkan dalam tiga jenis. Dari sembilan jenis gaya bahasa retoris aliterasi dan asonansi adalah yang paling banyak muncul yaitu masing-masing empat kalimat Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 8 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaAnalisis Gaya Bahasa Kumpulan Puisi Perahu Kertas Karya Sapardi Djoko Damono Riza Irayani Saragih1 Intan Maulina2 Arif Yuandana Sinaga3 Afiliation Universitas Efarina1,2,3 Corresponding email rizasaragih25 Histori Naskah Submit 2021-11-03 Accepted 2021-11-05 Published 2021-11-15 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial International License Puisi merupakan sebuah karya sastra yang mempunyai gaya bahasa menarik. Penggunaan bahasa dalam puisi sangat penting karena pemilihan gaya bahasa sangat diperhatikan oleh pembaca. Gaya bahasa yang terdapat pada kumpulan puisi Perahu Kertas sangat beraneka ragam. Penulis mengacu pada referensi buku Gorys Keraf mengenai diksi dan gaya bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yang artinya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka setelah itu dilakukan analisis. Dari buku kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono berhasil ditemukan gaya bahasa retoris diantaranya aliterasi ditunjukkan dengan keempat kutipan, lalu asonansi empat kutipan, anastrof dengan dua kutipan, asyndeton juga memiliki dua kutipan, polisendeton satu kutipan, ellipsis ada dua kutipan, histeron proteron satu kutipan, pleonasme satu, dan hiperbola memiliki dua kutipan. Dalam buku puisi ini juga ditemukan gaya bahasa kiasan yaitu persamaan atau simile ditunjukkan dengan sebuah kutipan, lalu metafora ada satu kutipan, dan personofikasi ditemukan tiga kutipan. Dari seluruh penemuan ini dapat disimpulkan bahwa buku puisi ini didominasi oleh gaya bahasa retoris, karena terdapat sembilan jenis, sedangkan gaya bahasa kiasan hanya ditunjukkan dalam tiga jenis. Dari sembilan jenis gaya bahasa retoris aliterasi dan asonansi adalah yang paling banyak muncul yaitu masing-masing empat kalimat. . Kata kunci Gaya Bahasa, Puisi, Perahu Kertas, Sapardi Djoko Damono. Pendahuluan Puisi merupakan suatu karya sastra berupa ungkapan perasaan penulis yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan kata-kata yang indah dan penuh makna. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan dengan memberi kesan menarik dan estetik dengan menggunakan bahasa yang khas. Bahasa yang khas tersebut biasa disebut dengan gaya bahasa. Puisi merupakan sebuah karya sastra yang mempunyai gaya bahasa menarik. Puisi umumnya berisi pesan atau ajaran moral tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca dalam bentuk bahasa yang memiliki makna. Penggunaan bahasa dalam puisi sangat penting karena pemilihan gaya bahasa sangat diperhatikan oleh pembaca. Pembaca sering kali sulit memaknai sebuah puisi. Oleh karena itu, banyak tahap yang harus dilalui untuk memahami makna puisi tersebut. Salah satunya dengan menganalisis unsur instrinsik puisi yaitu gaya bahasa. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 9 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaGaya bahasa merupakan cara pengarang mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bahasa yang khas yang memperlihatkan jiwa atau kepribadian penulis atau penutur Keraf, 2010. Dengan gaya bahasa, penutur bermaksud menjadikan paparan bahasanya menarik, kaya, padat, jelas dan lebih mampu menekankan gagasan yang ingin disampaikan, menciptakan suasana tertentu dengan efek estetis. Efek estetik tersebut yang membuat karya sastra bernilai seni. Gaya bahasa yang terdapat pada kumpulan puisi Perahu Kertas sangat beraneka ragam. Penulis mengacu pada referensi buku Gorys Keraf mengenai diksi dan gaya bahasa. Keraf 2010 membagi persoalan gaya bahasa, yaitu gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung di dalamnya, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan makna. Bila acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi, bila sudah ada perubahan makna, berupa makna konotatifnya atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu sudah memiliki gaya bahasa. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna biasa disebut sebagai trope atau figure of spech. Istilah trope brarti “pembalikan” atau “penyimpangan”. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dibagi atas dua kelompok yaitu gaya bahasa retoris, yang semata-mata merupakan penyimpangan dan kontruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan yang merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna ini banyak kita jumpai pada puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono atau yang biasa dipanggil dengan singkatan SDD. Puisi Karya Sapardi Djoko Damono terkenal dengan gaya bahasanya yang sederhana namun penuh dengan makna kehidupan. Ia banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1989, SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga menerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan Sapardi untuk menyatakan sesuatu dengan tidak biasa sehingga akan memberikan kesan kemurnian, kelembutan, keindahan, kadang-kadang mengejutkan. Kesan yang demikian, misalnya dapat kita rasakan ketika membaca kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono. Penggunaan gaya bahasa dalam puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono dinilai sangat menarik untuk diteliti. Penggunaan gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan memberikan nilai-nilai estetis serta perbandingan terhadap karya sastra satu dengan yang lain untuk dibaca dan dipahami maknanya. Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur dan menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu serta keseluruhan ciri bahasa. Dengan demikian, untuk memahami dan menginterpretasi sebuah karya sastra pengkajian dan penelitian tersebut harus dilakukan secara maksimal Pradopo, 2013 54. Contohnya pada salah satu puisi dalam kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Yang Fana Adalah Waktu. Yang fana adalah waktu. Kita abadi Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 10 Jurnal Bahasa& Sastra Indonesiakita lupa untuk apa. “Tapi, Yang fana adalah waktu, bukan?” Tanyamu. Kita abadi. Pada puisi diatas mengandung gaya bahasa kiasan yang diantaranya simile dan metafora. Metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan sesuatu secara langsung. Hal itu bisa kita lihat pada baris puisi Yang fana adalah waktu. Kita abadi Pada baris tersebut tampak bahwa “waktu” merupakan yang fana dibandingkan dengan “kita” yang abadi. Padahal keduanya sangat bertentangan dengan seharusnya. Sedangkan gaya bahasa simile merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua hal atau lebih yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa. Hal ini dapat kita lihat pada kata “seperti” digunakan untuk membandingkan antara “detik” yang serupa dengan “bunga” yang sebenarnya keduanya tidak memiliki hubungan. Kedua penggunaan gaya bahasa tersebut berusaha membandingkan sesuatu secara langsung baik itu sama atau tidak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Yang Fana Adalah Waktu terdapat dua penggunaan gaya bahasa dalam satu puisi yaitu gaya bahasa metafora dan simile. Gaya bahasa merupakan metode terdekat yang dapat ditempuh oleh pembaca dalam memaknai suatu puisi, gaya bahasa merupakan salah satu sarana penyair untuk menyampaikan sesuatu dengan cara pengiasan bahasa secara tidak langsung dalam mengungkapkan makna. Tapi di era sekarang ini pembaca lebih sering fokus pada cerita dan keindahan kata-kata dalam sebuah karya sastra, tanpa memperhatikan jenis atau gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam karya sastra tersebut. Hal ini menyebabkan pesan yang ingin disampaikan pengarang karya sastra kepada pembaca kurang tersampaikan. Kurangnya perhatian pembaca pada jenis dan gaya bahasa dalam sebuah karya sastra terutama puisi, itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti gaya bahasa yang digunakan Sapardi Djoko Damono dalam kumpulan puisi Perahu Kertas. Penelitian mengenai gaya bahasa pada Kumpulan Puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono dan untuk mengetahui gaya bahasa apa yang paling dominan dalam kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono. Studi Literatur Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa Keraf, 2010 112. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan dengaan jalan memperkenalkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum Tarigan, 2013 4. Gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca Pradopo, 2009 93. Gaya bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemanfaatan atau kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu; keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 11 Jurnal Bahasa& Sastra Indonesiatulis atau lisan Depdikbud, 1995 297. Jika melihat gaya secara umum, dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan diri sendiri, melalui kegiatan berbahasa, beretika, berinteraksi, berpakaian dan sebagainya. Sementara dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Menurut Abrams dalam Susiati 2020 7 gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Dengan gaya bahasa, penutur bermaksud menjadikan paparan bahasanya menarik, kaya, padat, jelas dan lebih mampu menekankan gagasan yang ingin disampaikan, menciptakan suasana tertentu dan menampilkan efek estetis. Efek estetis tersebutlah yang membuat karya sastra bernilai seni. Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis pada hakikatnya adalah cara menggunakan bahasa yang setepat-tepatnya untuk melukiskan perasaan dan pikiran penulis yang berbeda dari corak bahasa sehari-hari. Gaya bahasa dapat menilai pribadi seseorang, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu sendiri. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya. Dari berbagai pengertian gaya bahasa yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan suatu gaya penulisan seseorang dengan menggunakan kata-kata yang khas yang pada umumnya sebagai pengungkapan perasaan, ide, dan gagasan penulis. Berbicara tentang masalah gaya, tidak lepas dari 1 masalah media berupa kata dan kalimat, 2 masalah hubungan gaya baik dengan kandungan makna dan nuansa keindahanya, serta 3 seluk beluk ekspresi pengarang sendiri yang akan berhubungan erat dengan masalah individual kepengarangan maupun konteks sosial masyarakat yang melatarbelakanginya Aminuddin 2011 72. Dari pernyataan tersebut gaya bahasa juga tidak terlepas dari fungsinya yaitu sebagai alat untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar. Gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan suasana pengarang. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa fungsi gaya bahasa dalam karya sastra sebagai alat untuk a. Meningkatkan selera, artinya dapat meningkatkan minat pembaca/ pendengar untuk mengikuti apa yang disampaikan pengarang/ pembicara. b. Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar, artinya dapat membuat pembaca semakin yakin dan mantap terhadap apa yang disampaikan pengarang/pembicara. c. Menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, artinya dapat membawa pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu, seperti kesan baik atau buruk, perasaan senang atau tidak senang, benci dan sebagainya setelah menangkap apa yang dikemukakan pengarang. d. Memperkuat efek terhadap aggasan, yakni dapat membuat pembaca terkesan oleh gagasan yang disampaikan pengarang dalam karyanya. e. Secara lebih ringkas fungsi gaya bahasa adalah sebagai efek estetika dalam puisi sehingga lebih menarik, memperkuat gagasan, dan meningkatkan selera pembaca. Bahasa kias atau figure of speech adalah bahasa indah yang digunakan untuk meninggikan dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum Tarigan, 2013 112. Gaya bahasa kiasan ini dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan, membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal lain, dan menemukan ciri-ciri yang menunjukkan persamaan antara kedua hal tersebut. Bahasa kiasan memiliki dua perbandingan, yaitu termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 12 Jurnal Bahasa& Sastra Indonesiadan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa kiasan adalah penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna Keraf, 2010 129. Altenbernd melalui Pradopo 2009 7 mendefenisikan puisi sebagai pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran menafsirkan dalam bahasa berirama bermetrum. Unsur-unsur puisi terdiri dari emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur Shanon Ahmad melalui Pradopo, 2009 7. Dapat disimpulkan ada tiga unsur pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesanya. Semua itu terungkap dengan media bahasa Pradopo, 2009 7. Menurut Wiyatmi 2006 57, unsur-unsur puisi meliputi bunyi, diksi, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, bentuk visual, dan makna. Lebih lanjut, Jabrohim dkk 2003 33 membagi unsur puisi menjadi dua, yakni 1 unsur bentuk yang dapat disebut sebagai struktur fisik, unsur tersebut antara lain diksi, pengimajian, kata konkret, kiasan, rima dan ritme, serta tipografi. 2 Unsur isi dapat pula disebut sebagai struktur batin yang terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Penelitian relevan yang pertama oleh Tri Windusari dalam penelitian berjudul “Gaya Bahasa pada Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Dampno dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Pertama”. Dalam kesimpulanya gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni antara lain Gaya bahasa perbandingan sebanyak 60 gaya bahasa yang meliputi 3 gaya bahasa perumpamaan, 18 gaya bahasa metafora, 30 gaya bahasa personifikasi dan 9 gaya bahasa alegori; gaya bahasa pertentangan sebanyak 20 gaya bahasa yang meliputi 11 gaya bahasa hiperbola, 1 gaya bahasa litotes, 5 gaya bahasa paradox, 1 gaya bahasa klimaks, 1 gaya bahasa antiklimaks, dan 1 gaya bahasa hipalase; gaya bahasa pertautan sebanyak 21 gaya bahasa yang meliputi 3 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa epizokies, 7 gaya bahasa anaphora, 6 gaya bahasa mesodiplosis, dan 2 gaya bahasa epanalepis. Tri Windusari menggunakan meode deskriptif analisis dalam penelitianya dengan teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi dan dokumentasi. Penelitian relevan yang ketiga oleh Fitria Agustina, Antonius Totok Priyadi dan Abdussamad dalam bentuk jurnal yang berdulul “Analisis Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna pada Kumpulan Cerpen Pak Tungkor Karya Mariyadi”. Dalam kesimpulanya dari kumpulan Cerpen Pak Tungkor ada 11 judul cerpen, dan peneliti menemukan 7 gaya bahasa retoris. Ketujuh gaya bahasa tersebut yaitu 105 gaya bahasa aliterasi, 48 gaya bahasa asonansi, 8 gaya bahasa asidenton, 1 gaya bahasa ellipsis 12 gaya bahasa eufemismus, 17 gaya bahasa perifarasis dan 5 gaya bahasa hiperbola. Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan struktural. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sesuai dengan pendapat Meleong 2010 6 penelitian kulaitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan sebagai metode ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis artinya adalah data dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka setelah itu dilakukan analisis. Menurut Ratna 2010 53 metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta- Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 13 Jurnal Bahasa& Sastra Indonesiafakta dan kemudian disusul dengan analisis. Metode deskriptif juga disebut sebagai metode yang menguraikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikan dan menginterprestasikan data tentang analisis gaya bahasa dalam kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono. Hasil Dari buku kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono berhasil ditemukan beberapa gaya bahasa retoris diantaranya aliterasi ditunjukkan dengan keempat kutipan, lalu asonansi empat kutipan, anastrof dengan dua kutipan, asyndeton juga memiliki dua kutipan, polisendeton satu kutipan, ellipsis ada dua kutipan, histeron proteron satu kutipan, pleonasme satu, dan hiperbola memiliki dua kutipan. Selain gaya bahasa retoris dalam buku puisi ini juga ditemukan gaya bahasa kiasan yaitu persamaan atau simile ditunjukkan dengan sebuah kutipan, lalu metafora ada satu kutipan, dan personofikasi ditemukan tiga kutipan. Pembahasan Bentuk gaya bahasa dalam kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu, 1 gaya bahasa retoris dan 2 gaya bahasa kiasan. Berikut pemaparanya Analisis Gaya Bahasa Retoris Adapun bentuk gaya bahasa retoris yang diperoleh dari hasil analisis kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono yaitu a. Aliterasi Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama dalam baris-baris puisi. Penggunaan gaya bahasaaliterasi ini ditemukan dalam puisi “Kuterka Gerimis”, “Tuan”, “Kukirimkan Padamu” dan “Tekukur”. Penggunaan gaya bahasa alitersi pada puisi “Kuterka Gerimis”. Data 01 Seperti nanah yang meleleh Dari ujung-ujung jarum Jam dinding Sapardi, 2018 11 Kutipan puisi di atas menunjukkan gaya bahasa aliterasi. Hal itu tampak pada baris kedua terdapat pengulangan konsonan yang sama yaitu konsonan /g/ dan /m/ pada kata “ujung-ujung”, “jarum”, dan “jam”. Selain itu, pada baris kedua juga terdapat pengulangan konsonan yang sama yaitu konsonan /j/ pada kata “jarum” dan “jam”. Pengulangan konsonan yang sama pada kata-kata dalam penggalan puisi pengarang dimaksudkan untuk menghadirkan efek estetis sebagai unsur perhiasan atau unsur penekanan. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 14 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaPenggunaan gaya bahasa aliterasi pada puisi “Tuan” terdapat pada baris pertama. Data 02 Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar, Sapardi, 2018 33 Kutipan puisi di atas menunjukkan gaya bahasa aliterasi. Hal itu tampak pada pengulangan konsonan /n/ pada kata “Tuan”, “Tuhan” dan “bukan”. Pengulangan konsonan tersebut bertujuan untuk memberikan efek penekanan yang indah dalam puisi tersebut. Penggunaan gaya bahasa aliterasi pada puisi “Kukirimkan Padamu” terdapat pada kutipan berikut. Data 03 Dan bunga-bunga, bangku dan beberapa Oran tua, burung-burung merpati Sapardi, 2018 13 Kutipan puisi di atas menunjukkan gaya bahasa aliterasi. Hal itu tampak pada pengulangan konsonan /b/ pada kata “bunga-bunga”, “bangku”, “beberapa”, dan “burung-burung”. Pengulangan konsonan tersebut bertujuan untuk memberikan efek penekanan yang indah dalam puisi tersebut. Penggunaan gaya bahasa aliterasi pada puisi “Tekukur” terdapat pada kutipan berikut. Data 04 sambar-menyambar sebentar, lalu bersandar pada daun-daun rumput Sapardi, 2018 71 Kutipan puisi diatas menunjukkan gaya bahasa aliterasi. Hal itu tampak pada pengulangan konsonan /r/ pada kata “sambar”, “menyambar”, “sebentar”, “bersandar” dan “rumput”. Pengulangan konsonan yang sama pada kata-kata dalam penggalan puisi pengarang dimaksudkan untuk menghadirkan efek estetis sebagai unsur perhiasan atau unsur penekanan. b. Asonansi Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Penggunaan gaya bahasa aliterasi ini ditemukan dalam puisi “Kukirimkan Padamu”, “Akulah Si Telaga”, “Tuan” dan “Tajam Hujanmu”. Penggunaan gaya bahasa asonansi pada puisi “Kukirimkan Padamu” terdapat pada baris ketiga. Data 05 Dan bunga-bunga, bangku dan beberapa orang tua, burung-burung merpati Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 15 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaSapardi, 2018 13 Kutipan puisi di atas, menunjukkan penggunaan gaya bahasa asonansi. Hal tersebut dapat dilihat pada pengulangan bunyi vocal /a/ dalam kata dan’, bunga-bunga’, bangku’, beberapa’, orang’ dan tua’. Kemudian terdapat juga pengulangan bunyi vokal /u/ dalam kata bunga-bunga’, bangku’, tua’ dan burung-burung’. Pengulangan bunyi vokal yang sama dalam penggalan puisi tersebut dimaksudkan untuk menambah kesan estetis atau efek penekanan dalam puisi. Penggunaan gaya bahasa asonansi pada puisi “Akulah Si Telaga” terdapat pada kutipan puisi berikut. Data 06 Akulah si telaga berlayar diatasnya; Berlayar menyibakkan riak-riak kecil yang Menggerak-gerakkan bunga-bunga padma Sapardi, 2018 15 Kutipan puisi di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa asonansi. Hal tersebut dapat dilihat pada pengulangan bunyi vocal /a/. Pengulangan bunyi vokal yang sama dalam penggalan puisi tersebut dimaksudkan untuk menambah kesan estetis atau efek penekanan dalam puisi. Penggunaan gaya bahasa asonansi pada puisi “Tuan” terdapat pada baris pertama. Data 07 Tuan, Tuhan, bukan? Sapardi, 2018 33 Kutipan puisi di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa asonansi. Hal tersebut dapat dilihat pada pengulangan bunyi vokal /u/ dan /a/ dalam kata Tuan’, Tuhan’ dan bukan’. Pengulangan bunyi vokal yang sama dalam penggalan puisi tersebut dimaksudkan untuk menambah kesan estetis atau efek penekanan dalam puisi. Penggunaan gaya bahasa asonansi pada puisi “Tajam Hujanmu” terdapat pada kutipan berikut. Data 08 Tajam hujanmu Ini sudah terlanjur mencintaimu Deras dinginmu Sembilu hujanmu Sapardi, 2018 43 Kutipan puisi di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa asonansi. Hal tersebut dapat dilihat pada pengulangan bunyi vokal /u/ pada kata “hujanmu”, “sudah”, “mencintaimu” dan “dinginmu”. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 16 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaPengulangan bunyi vokal yang sama dalam penggalan puisi tersebut dimaksudkan untuk menambah kesan estetis atau efek penekanan dalam puisi. c. Anastrof Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Penggunaan gaya bahasa anastrof ini ditemukan pada puisi “Akulah Si Telaga”dan “Pesta”. Penggunaan gaya bahasa anastrof pada puisi “Akulah Si Telaga” terdapat pada baris ke-enam. Data 09 Perahumu biar aku saja yang menjaganya Sapardi, 2018 15 Kutipan puisi di atas, menunjukkan gaya bahasa anastrof. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi tersebut, terdapat pembalikkan susunan kata-kata yaitu penempatan kata “perahumu” sebagai objek seharusnya berada diakhir kalimat. Selanjutnya frase “biar aku saja” sebagai subjek seharunya berada diawal baris. Pada frase “yang menjaganya” sebagai predikat seharusnya berada di tengah kalimat. Dalam hal ini kata ganti “nya” sebagai kata ganti orang seharusnya tidak perlu digunakan. Dengan demikian, susunan penempatan kata-kata tersebut jika mengikuti kaidah tata baku seharusnya seperti berikut ini “Biar aku saja yang menjaga perahumu” Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diketahui perbedaan antara struktur kalimat yang digunakan pada teks sastra dalam hal ini puisi dengan susunan teks nonsastra yang mengikuti kaidah tata bahasa baku. Penggunaan gaya bahasa anastrof puisi “Pesta” terdapat pada baris ke-enam. Data 10 Di sumur itu, si Pembunuh membasuh muka, tangan, dan kakinya Sapardi, 2018 17 Kutipan puisi di atas, menunjukkan gaya bahasa anastrof. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi tersebut, terdapat pembalikkan susunan kata-kata yaitu penempatan kata “di sumur itu” sebagai keterangan tempat seharusnya berada diakhir kalimat. Selanjutnya frase “si Pembunuh” sebagai subjek seharunya berada diawal baris. Pada frase “membasuh” sebagai predikat berada di tengah kalimat dan kata “muka, tangan, dan kakinya” sebagai objek yang melengkapi predikat. Dengan demikian, susunan penempatan kata-kata tersebut jika mengikuti kaidah tata baku seharusnya seperti berikut ini “Si Pembunuh membasuh muka, tangan, dan kakinya di sumur itu”. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diketahui perbedaan antara struktur kalimat yang digunakan pada teks sastra dalam hal ini puisi dengan susunan teks nonsastra yang mengikuti kaidah tata bahasa baku. d. Asindeton Asindeton adalah suatu gaya yang bersifat padat dan mampat beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat namun tidak dihubungkan dengan kata sambung. Penggunaan gaya bahasa asidenton ini ditemukan pada puisi “Sudah Kutebak” dan “Kukirimkan Padamu”. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 17 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaPenggunaan gaya bahasa asindeton pada puisi “Sudah Kutebak” terdapat pada baris keempat, kelima dan keenam. Data 11 Menggosok-gosokkan tubuh di karang-karang, Menyambar, berputar-putar membuat lingkaran, Menyambar, mabok membentur Sapardi, 2018 31 Kutipan puisi di atas, menunjukkan gaya bahasa asindeton. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi tersebut yang tidak menggunakan kata sambung untuk menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lainnya. Penulis menggunakan tanda koma untuk memisahkan frasa demi frasa. Hal itu digunakan penulis untuk menimbulkan efek keindahan dalam sebuah puisi. Penggunaan gaya bahasa asindeton pada puisi “Kukirimkan Padamu” terdapat pada baris pertama. Data 12 Kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku, Sapardi, 2018 13 Kutipan puisi di atas, menunjukkan gaya bahasa asindeton. Kutipan di atas membuktikan gaya bahasa asindeton yang digunakan sebagai acuan serta dipisahkan dengan tanda koma. Gaya bahasa asindeton ini memisahkan kata bergambar dan istriku yang bersifat padat dan sederajat. e. Polisindeton Polisindeton adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindeton. Kata, frasa, atau klausa dalam polisindeton yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. Penggunaan gaya bahasa polisindeton ini ditemukan pada puisi “Kukirimkan Padamu”. Penggunaan gaya bahasa polisindeton pada puisi “Kukirimkan Padamu" terdapat pada penghgalan puisi berikut. Data 13 sebuah taman kota, rumputan dan bunga-bunga, bangku dan beberapa orang tua, burung-burung merpati dan langit yang entah Sapardi, 201813 Kutipan puisi di atas, menunjukkan gaya bahasa polisindeton. Hal ini dapat dilihat dari penggalan puisi tersebut yang menggunakan kata hubung “dan” untuk menghubungkan antara kata yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah keindahan dari sebuah puisi. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 18 Jurnal Bahasa& Sastra Indonesiaf. Elipsis Elipsis adalah sejenis gaya bahasa yang menghilangkan kata yang berada didalamnya dan akan ditafsirkan masing-masing oleh mitra tuturnya. Penggunaan gaya bahasa ellipsis ini ditemukan pada puisi “Benih” dan “Angin 3”. Penggunaan gaya bahasa ellipsis pada puisi “Benih” terdapat pada penggalan puisi berikut. Data 14 Tetapi…,” Sita yang hamil itu tetap diam sejak semula, Sapardi, 2018 78 Penggunaan gaya bahasa elipsis ditunjukkan pada bagian rumpang yaitu tetapi... tujuan pengarang memberikan gaya bahasa elipsis yaitu untuk memanfaatkan imajinasi pembaca dalam memberikan pesan yang ingin disampaikan. Penggunaan gaya bahasa ellipsis pada puisi “Angin 3” terdapat pada penggalan puisi berikut. Data 15 Seandainya aku bukan…’ Tapi kau angin! Tapi kau Harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut kamar, menyusup di celah-celah jendela, Berkelabat di pundak bukit Sapardi, 2018 27 Penggunaan gaya bahasa elipsis ditunjukkan pada bagian rumpang yaitu Seandainya aku bukan...’ tujuan pengarang memberikan gaya bahasa elipsis yaitu untuk memanfaatkan imajinasi pembaca dalam memberikan pesan yang ingin disampaikan. g. Histeron Proteron Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau sesuatu yang wajar. Penggunaan gaya bahasa histeron proteron ini ditemukan pada puisi “Yang Fana Adalah Waktu”. Penggunaan gaya bahasa histeron proteron pada puisi “Yang Fana Adalah Waktu” terdapat pada penggalan puisi berikut. Data 16 Yang fana adalah waktu. Kita abadi Sapardi, 2018 35 Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 19 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaKutipan puisi di atas, menunjukkan gaya bahasa histeron proteron. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “yang fana adalah waktu” dan “kita abadi” yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis. Pada kenyataanya, yang fana adalah “kita” dan “waktu” adalah abadi. Penulis puisi membuat terbalik dengan kenyataan yang ada untuk menambah kesan estetis dalam sebuah puisi. h. Pleonasme Pleonasme acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlakukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh. Penggunaan gaya bahasa pleonasme ini ditemukan pada puisi “Bunga 3”. Penggunaan gaya bahasa pleonasme pada puisi “Bunga 3” terdapat pada kutipan puisi berikut. Data 17 Lalu terdengar seperti gema “hai siapa gerangan yang Membawa pergi jasadku?” Sapardi, 2018 7 Kutipan tersebut menggunakan gaya bahasa pleonasme. Hal ini dapat dilihat dari kutipan “terdengar seperti gema” yang merupakan bentuk penggunaan kata-kata berlebihan. Kata yang yang berlebihan tersebut apabila dihilangkan, artinya tetap utuh. Dalam hal ini kata “terdengar” mengacu pada suara atau bunyi, begitu pula dengan “gema” mengacu pada suara atau bunyi. Dengan demikian, apabila kata “gema” dihilangkan, maka kutipan “lalu terdengar, “hai siapa gerangan yang membawa pergi jasadku?”” masih memiliki arti yang utuh. Penggunaan gaya bahasa tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek ketertarikan pembaca atau pendengar terhadap puisi tersebut. i. Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata terlalu berlebihan dari fakta yang sebenarnya. Penggunaan gaya bahasa hiperbola ditemukan pada puisi “Puisi Cat Cair untuk Rizki” yang terdapat pada kutipan berikut. Data 18 “jangan brisik, mengganggu hujan!” Sapardi,2018 39 Kutipan puisi di atas, menunjukkan penggunaan gaya bahasa hiperbola. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “jangan berbisik, mengganggu hujan” merupakan pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu. Pernyataan “jangan berbisik, mengganggu hujan” tidak dapat diterima oleh akal sehat karena, bentuk pernyataan tersebut digunakan hanya untuk menimbulkan efek yang mendalam terhadap sebuah puisi. Penggunaan gaya bahasa hiperbola ditemukan pada puisi “Pesan” yang terdapat pada kutipan berikut. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 20 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaData 19 bahwa memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya. Sapardi, 2018 73 Kutipan puisi di atas menumjukkan penggunaan gaya bahasa hiperbola pada larik “Bahwa memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya”, yang memiliki makna peristiwa yang mencekam dengan tertembus anak panah dijantungnya. Kalimat bahwa memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya memiliki kesan yang melebih-lebihkan yang terdapat pada data bahwa memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya. Pada dasarnya perkatan tersebut terlalu membesar-besarkan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Analisis Gaya Bahasa Kiasan Adapun bentuk gaya bahasa retoris yang diperoleh dari hasil analisis kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono yaitu a. Persamaan atau Simile Persamaan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang mempergunakan kata-kata pembanding bak, bagai, sebagai, semisal, seumpama, laksana sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lain. Penggunaan gaya bahasa hiperbola ditemukan pada puisi “Kuterka Gerimis” terdapat pada kutipan berikut. Data seperti nanah yang meleleh dari ujung-ujung jarum jam dinding yang berhimpit ke atas itu seperti badai rintik-rintik yang di luar itu Sapardi, 2018 11 Kutipan puisi di atas, menunjukkan gaya bahasa persamaan atau simile. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan “seperti nanah yang melelh dari ujung-ujung jarum jam dinding” dan “seperti badai rintik-rintik di luar itu” merupakan sesuatu yang disamakan oleh penulis yang sebenarnya tidak sama, tapi dianggap sama oleh penulis puisi tersebut. Persamaan itu dinyatakan dengan penggunaan kata “seperti” sebagai penanda gaya bahasa persamaan atau simile. Persamaan atau simile digunakan untuk menunjukkan suatu kesamaan antara kedua hal tersebut, yang sebenarnya tidak sama. b. Metafora Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan hal lain dan tidak menggunakan kata hubung atau kata pembanding. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 21 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaPenggunaan gaya bahasa metafora ditemukan pada puisi “Hatiku Selembar Daun” yang terdapat pada kutipan berikut. Data Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput Sapardi, 2018 67 Kutipan puisi di atas, menunjukkan penggunaan gaya bahasa metafora. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “hatiku selembar daun” dimana dalam teks puisi tersebut bukan untuk menyatakan maksud “hatinya adalah selembar daun”, melainkan untuk menggambarkan bahwa “hatinya seperti sebuah daun yang mudah rapuh”. c. Personifikasi Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Penggunaan gaya bahasa personifikasi ditemukan pada puisi “Bunga, 1” terdapat pada kutipan berikut. Data Bahkan bunga rumput itu pun berdusta. Sapardi, 2018 3 Kutipan puisi di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa personifikasi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan “bahkan bunga rumput itu pun berdusta”. “Bunga rumput” dikiaskan oleh gaya bahasa personifikasi yang seolah-olah bunga layaknya manusia yang dapat berdusta. Padahal makna secara harfiah bunga adalah sebuah tumbuhan yang elok warnanya. Selain itu, personifikasi ditemukan pada data sebagai berikut. Data cuaca berdenyut ketika nampak sekawanan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu; Sapardi, 2018 3 Kutipan puisi di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa personifikasi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan “cuaca berdenyut ketika nampak sekawanan gagak”. Dari kutipan tersebut menunjukkan bahwa “siang” seolah-olah berdenyut. Makna secara harfiah, Siang adalah bagian hari yang terang dari matahari terbit hingga matahari tenggelam. Siang mengiaskan berdenyut dengan seolah-olah hidup dalam denyutan nadi seperti layaknya manusia. Hal ini yang menunjukkan adanya bentuk gaya bahasa kiasan personifikasi yang mengiaskan Siang sebagai layaknya manusia yang memiliki nadi untuk berdenyut layaknya manusia hidup. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 22 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaKesimpulan Terdapat sembilan gaya bahasa retoris dalam kumpulan buku puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul Perahu Kertas, yaitu aliterasi, asonansi, anastrof, asindeton, polisendeton, ellipsis, histeron proteron, pleonasme, dan hiperbola, tidak hanya itu gaya bahasa kiasan juga ditemukan dalam buku ini. Ada ada tiga gaya bahasa kiasan diantaranya yaitu persamaan atau simile, metafora, personifikasi. Masing-masing dari gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan memiliki kutipan masing-masing dan dari seluruh penemuan ini dapat disimpulkan bahwa buku puisi ini didominasi oleh gaya bahasa retoris, karena terdapat sembilan jenis, sedangkan gaya bahasa kiasan hanya ditunjukkan dalam tiga jenis. Dari sembilan jenis gaya bahasa retoris aliterasi dan asonansi adalah yang paling banyak muncul yaitu masing-masing empat kalimat. Ucapan Terima Kasih opsional Penulis menyadari bahwa dalam penulisan artikel ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi isinya. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikan atau saran yang bersifat membangun. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Efarina yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Bapak dan Ibu yang telah sabar dan penuh kasih sayang mendidik, dan mendoakan dengan keikhlasan hati, memberikan semangat, dan mendampingi dalam menggapai cita-cita, juga keluarga dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan disebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan artikel ini. Referensi Agustina, Fitria, dkk. 2018. Analisi Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Pada Kumpulan Cerpen Karya Mariyadi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. FKIP. Untan. Pontianak. Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung Sinar Baru Algesindo. Damono, Sapardi Djoko. 1983. Perahu Kertas. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif Puisi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Meleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humanira Pada Umumnya. Pustaka Pelajar Yogyakarta. Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Salatiga Widya Sari Press. Volume 1 Nomor 1 November 2021 E-ISSN 9999-999x DOI 23 Jurnal Bahasa& Sastra IndonesiaSusiati, S. 2020. Gaya Bahasa Secara Umum Dan Gaya Bahasa Pembungkus Pikiran. Univ. Iqra Buru, Maluku Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Angkasa. Windusari, Tri. 2014. Gaya Bahasa Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Pertama. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta Pustaka. ... This is because the language of poetry experiences deviations that are deliberately carried out by the author to create the aesthetics of poetry Ariana, 2016. The writer chooses the anthology of the poetry Perahu Kertas by Sapardi Djoko Damono as the object of this study because this poem describes human life that actually has passed or will pass but has not been given careful attention by humans Saragih et al., 2021. ...This study aims to describe the form and function of figurative language in the poetry anthology Perahu Kertas by Sapardi Djoko Damono, describe the form and function of images used in the anthology of poetry Perahu Kertas by Sapardi Djoko Damono, and explain the relationship of figurative language with images in the poetry anthology Perahu Kertas by Sapardi Djoko Damono. The analytical method used is descriptive semiotic analysis through heuristics and hermeneutic reading to uncover stylistic aspects and comparative analysis to explain the relationship between form and function of figurative language and imagery in the anthology of the poetry Perahu Kertas by Sapardi Djoko Damono. The results of the research based on data analysis revealed that the figurative language found is dominated by a limited number of figures of speech and idioms. It was found that the function of figure of speech was to create aesthetic effects and compare meaning. Also, the image data was found to be dominated by motion images with the function of reinforcing meaning to form imagery for the reader. The results also showed that there was a relationship between figurative language forms and imagery in the anthology of Perahu Kertas by Sapardi Djoko Damono.... Sastra dan bahasa juga diteliti sekaligus seperti penelitian yang menganalisis gaya bahasa kajian ilmu bahasa pada puisi kajian ilmu sastra Sinaga, 2022. Begitu juga keterampilan menulis dapat diteliti berdasarkan keterampilan menulis karya sastra . ...Nani SolihatiAde Hikmat Syarif HidayatullahIntegrasi Al-Islam Kemuhammadiyah AIK dalam kegiatan pembelajaran telah banyak dilakukan. Namun, integrasi AIK dalam pembelajaran bahasa Indonesia belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai bentuk integrasi AIK dalam pembelajaran Bahasa Indonesia serta bagaimana persepsi mahasiswa terhadap integrasi tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik observasi dan portofolio dengan melihat proses pembelajaran dan komponen pembelajaran. Untuk mengetahui respons mahasiswa terhadap temuan observasi dan portofolio tersebut, peneliti menyebarkan kuesioner kepada delapan mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi AIK dalam pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dalam aspek sikap dan pengetahuan. Mayoritas mahasiswa di setiap komponen kuesioner menjawab sangat setuju terhadap konsep-konsep Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Pada Kumpulan Cerpen Karya MariyadiFitria AgustinaAgustina, Fitria, dkk. 2018. Analisi Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Pada Kumpulan Cerpen Karya Mariyadi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. FKIP. Untan. Apresiasi Karya SastraAminuddinAminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung Sinar Baru dan Gaya Bahasa. Jakarta. PT Gramedia Pustaka UtamaGorys KerafKeraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja RosdakaryaLexy J MeleongMeleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja A SayutiSayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Salatiga Widya Sari Press. Jurnal Bahasa & Sast ra IndonesiaGaya Bahasa Secara Umum Dan Gaya Bahasa Pembungkus PikiranS SusiatiSusiati, S. 2020. Gaya Bahasa Secara Umum Dan Gaya Bahasa Pembungkus Pikiran. Univ. Iqra Buru, MalukuHenry TariganGunturTarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta Pustaka. - Sapardi Djoko Damono, merupakan salah satu penyair romantis Indonesia. Banyak puisi-puisinya romantisnya mampu menyentuh hati masyarakat. Di usianya yang senja, ia masih tetap produktif melahirkan legendaris Indonesia tersebut, meninggal dunia pada, Minggu 19/7/2020 di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan. Berikut puisi-puisi terbaik Sapardi Djoko Damono Baca juga 5 Buku Terbaik Sapardi Djoko Damono Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabahDari hujan bulan juniDirahasiakan rintik rindunyaKepada pohon berbunga itu Tak ada yang lebih bijakDari hujan di bulan JuniDihapuskan jejak-jejak kakinyaYang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih arifDari hujan bulan juniDibiarkan yang tak terucapkanDiserap akan pohon bunga itu Puisi tersebut menceritakan mengenai bagaimana penantian seseorang terhadap orang yang dicintainya. Baca juga Sapardi Djoko Damono dalam Kenangan Mahasiswa dan Asisten Dosen, Guru yang Berwawasan Luas Ia dengan sabar menunggunya tanpa lelah dan tetap tabah yang berujung sebuah balasan manis atas perjuangannya tersebut. The purpose of this research is to describe the imagery in the poetry collection Ayat-ayat Api by Sapardi Djoko Damono. This research is qualitative descriptive. The main data is taken from the written excerpt which consists of imagery in the poetry collection Ayat-ayat Api by Sapardi Djoko Damono. The data is collected by using library technique which focused on imagery analysis in the poetry collection Ayat-ayat Api by Sapardi Djoko Damono. The data is analyzed by using analysis and descriptive technique. Based on the result of the analysis, it can be concluded that there are sight imagery, hearing imagery, movement imagery in 15 poetry collection Ayat-ayat Api by Sapardi Djoko Damono. So it can be said that there are, 1 sight imagery consists of 10 expressions. 2 Hearing imagery consists of 10 expressions. 3 Movement imagery consists of 11 expressions. Thus, all of the expressions from that three imagery are 31 expressions from 15 poetry collection in Ayat-ayat Api by Sapardi ...

kumpulan puisi sapardi djoko damono pdf